Minggu, 30 Mei 2010

Pertarungan Para Dewa, Maskulinnya Robin Longstride, hingga Pangeran Persia yang Tak Persia


Cukup lama tak mengisi blog ini, bukan berarti mulai kehilangan antusiasme untuk merangkai kata-kata. Lebih tepatnya...sedikit teralihkan oleh beberapa hal yang terjadi akhir-akhir ini. Pelatihan merangkai kata-kata pun hanya berkisar di status fesbuk atau ym, sebatas narsis konyol atau curhat yang tak semestinya kepada publik (lol). Yah, bisa disebut my days few weeks ago, was a bit boring and uninspiring, hanya berkelana ke berbagai fastfood dan mengawasi neraca keuangan yang dibuat teman saya demi mengopname kebocoran finansial akibat boros pada hal-hal yang tidak perlu.

I did go to the bookstore, tempat dimana saya selain cuci mata biar lebih fresh, juga meriset beberapa tema, dan untungnya bisa terobati oleh nonton bioskop! (selain sejuknya sour sally, tentunya hehehe)

Ada tiga film yang saya nikmati di bioskop yang terletak tak jauh dari lokasi kantor. Tiga-tiganya sama-sama film box office dan bertensi tinggi laiknya film maskulin dan action berlatar legenda dan mitos fiksi. Serba kolosal dan ciamik. Namun dengan kelemahan dan kelebihannya masing-masing.

Film pertama adalah The Clash of Titans. Hal yang bikin saya tertarik untuk menontonnya, salah satunya tentu kehadiran Sam Worthington, bintang laga baru yang sukses bermain di Terminator bersama Christian Bale. Termasuk pula plot cerita film ini yang mengangkat tema legenda mitologis Yunani. Bercerita tentang Persius, seorang anak gelap dari Dewa Zeus yang terseret pada kekisruhan politik penghambaan antara manusia dengan para dewa. Penuh spesial efek dan ketegangan khasnya film kolosal mitologis, film ini sebenarnya cukup memberikan impresi yang asyik kepada saya. Khususnya ketika terjadi pertempuran-pertempuran hebat dengan para monster-monster yang dilepaskan oleh para dewa yang marah pada pembangkangan manusia.


Clash of the Titans Pictures, Images and Photos

star Pictures, Images and Photosstar Pictures, Images and Photosstar Pictures, Images and Photos


Namun kok terasa biasa saja yah? Ritme cerita film terasa cepat dan biasa saja, terlalu mudah ditebak dan tidak ada kejutan. Meski berdasarkan mitologi, namun seharusnya The Clash of Titans bisa menghadirkan elemen surprises. Setiap pertarungan hadir, bak bik buk, selesai begitu saja. Sebut saja pertempuran dengan Medusa. Yah, sudah begitu saja, selesai dan menang meski harus memakan korban.

Bahkan ketika ia berhadapan dengan lawan utama monster raksasa yang dilepaskan Hades, hanya sebentar saja dan tak ada perkelahian maha dashyat. Ia hanya mengangkat kepala Medusa dan alakazam! si monster itu langsung membatu ketika ia baru saja keluar dari air laut tanpa sama sekali mengeluarkan jurus penghancuran totalnya. Sedikit kecewa, memang.

Film berikutnya yang saya tonton adalah Robin Hood. Diperankan oleh Russel Crow, dibawah arahan Ridley Scott. Keduanya sama-sama meraih piala Oscar pada film Gladiator. Belum lagi si cantik aristokrat Cate Blanchette sebagai Marion. Penasaran seperti apa Robin Hood kala diperankan Russel Crow menjadi alasan utama saya harus segera membeli tiket film ini. Tentu sudah tahu, maskulin dan raut keras Russel Crow ketika di Gladiator, begitu heroik dan dramatis.


Robin Hood Pictures, Images and Photos

star Pictures, Images and Photosstar Pictures, Images and Photosstar Pictures, Images and Photosstar Pictures, Images and Photos


Plot film mengambil kisah Robin Hood sebelum menjadi musuh nomor satu kerajaan Inggris kala itu. Tema menarik, mengingat dalam beberapa literatur memang disebutkan Robin Hood adalah eks prajurit Perang Salib yang dipimpin oleh raja Richard the Lionheart. Kisah dimulai ketika Robin Hood yang memang terkenal jagoan panah di detasemen panah, mendapati rajanya tewas dalam sebuah pertempuran kecil untuk merebut sebuah kastil kecil, sebuah misi pengobat kekecewaan Richard setelah harus pulang akibat kalah oleh Saladin di Yerusalem.

Ia dan beberapa temannya pun memilih kembali ke tanah air, berpisah dari kesatuannya. Sialnya, ia menemukan pasukan ksatria yang harus mengantarkan mahkota raja ke tanah air, bergelimpangan akibat penyergapan. Mahkota itulah yang akhirnya mengantarkan Robin Hood yang seorang prajurit kecil, namun memiliki darah bangsawan, pada berbagai peristiwa seperti memimpin pasukan Inggris melawan pasukan invasi dari Perancis, menyamar sebagai anak bangsawan keluarga Loxley, hingga bertemu dengan Marion, perempuan yang akan jatuh hati padanya. Dan sampai ia dicap sebagai musuh kerajaan nomor satu oleh raja John yang keki dan benci dengan Robin Hood gara-gara kharismanya saat memimpin perang.

Film yang menyenangkan, i must say! Plotnya yang dibuat sedemikian rupa memang mengisyaratkan akan ada sekuel berikutnya dari Robin Hood. Tentu hal yang bikin penasaran apakah topi hijaunya akan dipakai Russel Crow, , selain itu tokoh sahabatnya yang berasal dari orang Moor (mantan prajurit muslim), apakah akan dihidupkan perannya?

Nah, film berikutnya yang baru saja semalam saya segera membeli tiket untuk menontonnya, Prince of Persia! Ini baru betul-betul film kolosal yang mengesankan. Jake Gylenhall berperan sebagai pangeran Dastan, yang terlibat dalam petualangan luarbiasa bersama seorang putri cantik, Tamina, dengan sebuah belati ajaib yang bisa membalikan waktu sesuai keinginan sang pemiliknya. Disutradarai oleh Jerry Bruckheimer bersama Disney Pictures, menjadi jaminan mutu spesial efek dan segala kedashyatan pertarungan di film ini.





















star Pictures, Images and Photos
star Pictures, Images and Photosstar Pictures, Images and Photosstar Pictures, Images and Photos

Fakta spesial dari film Prince of Persia adalah diangkat dari sebuah gim legendaris bernama sama. Menurut teman saya yang tiba-tiba ketemuan di lobi bioskop (kasihannya dia nggak dapet tiket hihihi), Prince of Persia berasal dari game komputer jadul. Bagi mereka yang lahir di era akhir 1970-an, awal 1980-an, pasti ingat dengan komputer jadul yang masih memakai disket ukuran besar dong. Nah, gim komputer ini berasal dari era tersebut, bahkan grafisnya masih primitif banget, tak seperti permainan gim komputer saat ini yang sudah high-end.

Sementara itu, sepanjang film saya dibikin begitu terkesan dengan cerita dan efek filmnya, dimana ciri-ciri saya terkesan dengan sebuah film ketika mengepalkan tangan dan bicara sendiri ketika ada sebuah adegan seru hahahaha. Hanya saja sedikit aneh ketika sebuah film yang mengangkat tentang pangeran dari Persia, kok para pemerannya mayoritas berwajah kulit putih sekali yah? Tapi yah namanya juga film aksi dari sebuah gim komputer. Beruntung tak ada azan berkumandang di film, itu akan sangat membingungkan siapapun terhadap film ini hahaha (sementara pada peta saat intro, terlihat peta wilayah kekhalifahan Abbasiyah, berarti seharusnya berada pada era khalifah Islam di Persia?) Ahh... pusing amat, film ini sudah keren sekali dan memuaskan hari-hari saya selama weekend panjang kemarin!